Tuesday, December 25, 2012

Coba Dibaca


Bismillah

Pagi ini, di tempat tidurku bertaburan bahan untuk membuat paper sisa semalam. Tapi, namanya juga Hani, papernya belum selesai :D tenang... aku akan menyelesaikannya segera (deadline hari ini). Oya, seperti biasa setiap pagi aku selalu membiasakan untuk minimal membaca, apa saja dan dimana saja. Kali ini aku jatuh di Facebook, dalam tulisan Tere Liye. Penulis kebanggaanku.

Mengucapkan selamat atas perayaan agama lain

by Darwis Tere Liye on Monday, December 24, 2012 at 4:56pm ·




Saya akan sampaikan maksud dan tujuan ini dengan cerita saja. Seolah fiksi, tapi bentuk kongkretnya bahkan lebih cemerlang dibanding ini. Amat2 cemerlang malah, ketika akhlak yang sungguh baik, terpancar begitu indah dari seorang muslim, tanpa harus merusak akidah-nya. Karena sejatinya, saat seorang muslim memiliki akhlak tersebut, dia pasti akan membuat nyaman siapapun di sekitarnya.

Kita sebut saja Bambang. Orangnya biasa saja. Rajin shalat ke masjid, bergaul dengan tetangga, suka membantu, dan amat menyantuni fakir miskin serta anak yatim. Dia dikenal oleh banyak orang, satu kampung hafal dengan Pak Bambang ini. Terlebih kampung itu dihuni oleh warga heterogen. Beragam agama, banyak suku bangsa, kebiasaan, tumplek jadi satu.

Saat tetangga sebelah rumahnya, Pak Sihombing, asli Batak, hendak pergi ke gereja di suatu hari Minggu, mobil tetangganya ini malah mogok, tidak bisa dibawa, Pak Bambang dengan senang hati meminjamkan mobilnya, "Silahkan dipakai." Tersenyum tulus. Toh, seharian minggu itu keluarga Pak Bambang hanya kumpul di rumah. Saat tetangga lain rumahnya kena musibah, kebakaran, Pak Bambang tidak perlu dua kali berpikir memberikan bantuan, membuka pintunya untuk menampung, padahak jelas-jelas tetangganya ini Hindu. Pak Bambang menyantuni anak-anak yatim piatu, tidak perlu bertanya ini agamanya apa. Bahkan saat sebuah kampung yg dekat dgn kampung mereka kena musibah, banjir bandang, meskipun sekampung itu Kristen, ada gereja yang rusak, Pak Bambang tidak perlu berpikir dua kali untuk membantu mengirimkan sembako, dsbgnya.

Tapi seumur-umur, tetangganya tahu persis Pak Bambang tidak akan pernah mengucapkan 'selamat natal', 'selamat waisak', dan selamat lainnya kepada tetangganya yang berbeda agama. Tidak akan. Lah, tega sekali pak Bambang ini? Apakah dia ekstrem kanan hingga tidak mau hanya sekadar bilang kalimat itu? Maka tanyakanlah pada tetangganya yang berbeda agama. Tidak terbersit sekalipun mereka menganggap Pak Bambang ini ekstrem. Yang ada, jelas sekali Pak Bambang ini tetangga yang baik, nyaman, dan selalu menghormati mereka.

Kita tanyakan ke Pak Bambang kenapa dia tidak pernah bilang 'selamat natal'? Maka jawabannya sederhana: 'ada batas yang tidak bisa dilanggar dari akidah'. Jawaban simpel yang menjelaskan banyak hal. Itu benar, membantu tetangganya, meminjami mobil, tidak ada sangkut pautnya dengan akidah, keyakinan. Membantu tetangga menumpang, menyantuni anak2 yatim piatu berbeda agama, tidak ada sangkut pautnya dengan akidah, keyakinan. Termasuk membantu satu kampung yang seluruhnya Kristen, mengirimkan makanan karena mereka terkena musibah, itu bukan urusan akidah, melainkan SUNGGUH cerminan ahklak prima dari seorang muslim, dan diajarkan langsung oleh Nabi kita, tidak pandang bulu. Tapi mengucapkan kalimat 'selamat natal', menghadiri acara misa, natalan, dsbgnya, itu jelas ada hubungannya dengan akidah, keyakinan.

Tapi itu kan hanya sepotong kalimat saja? Dari sisi mana itu akan merusak akidah? Kenapa Pak Bambang serius sekali. Maka, duhai orang2 yang masih saja meributkan masalah ini, kalau itu hanya sepotong kalimat saja, kenapa pula kalian ribut? Itu hak mutlak dari Pak Bambang untuk bilang atau tidak, dan kalaupun dia tidak bilang, bukan berarti dia jahat, bukan berarti dia berbahaya, punya paham ekstrem. Lihatlah dengan mata kepala, toleransi yang dimiliki oleh Pak Bambang melebihi hanya sekadar kata2. Karena boleh jadi, orang2 yg ribut dengan kalimat ini, ya hanya ribut pada level kalimat saja. Pernah meminjamkan mobil ke tetangganya? Pernah memberikan rumah sbg tempat menumpang sementara bagi tetangga Hindu? Pernah tidak? Pak Bambang simply meyakini, dia takut kalau dia mengucapkan kalimat tersebut ke tetangganya, maka terbersit di hatinya sesuatu yang bisa merusak akidahnya. Tapi bukankah Pak Bambang bisa memastikan tidak bermaksud demikian? Tidak bermaksud ikut meyakini perayaan hari besar agama lain tsb? Itu benar, tapi demi kehati2an, dia memilih untuk tidak melakukannya. Dan semua orang seharusnya menghormati pilihannya, bukan justeru berpasangka yang tidak-tidak.

Diskusi ini selalu berulang2 setiap tahun. Dan entah hingga kapan akan dipahami banyak orang. Saya pribadi, tidak akan bilang kalimat selamat natal, selamat hari raya agama ke teman2 pemeluk agama lain--karena eh karena, duh, sy saja yang muslim nggak pernah bilang selamat hari ulang tahun Nabi Muhammad, selamat tahun baru hijriyah, selamat isra' mi'raj, atau selamat2 lainnya ke banyak orang, sesama muslim. Saya tidak akan mengada-ada hal baru, dan tidak akan mengikut-ikut trend yg ada. Yang ada dan jelas ada saja saya keteteran menjalankannya. Tetapi  secara pribadi, saya akan meneladani Pak Bambang. Toleransi, menghormati agama lain 'beyond' kata2, kalimat, dan itu lebih kongkret memunculkan rasa nyaman bagi siapapun.

Karena saya yakin, mengeluarkan akhlak prima sebagai seorang muslim, otomatis mengeluarkan toleransi terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.

*Saya minta maaf kalau ada yang tidak berkenan dengan pemahaman ini. Dan boleh jadi pendapat saya keliru. Saya sudah berusaha menuliskannya hati2. Nah, jika kalian membutuhkan pondasi yg lebih kokoh, silahkan merujuk pada penjelasan Buya Hamka soal ini, di search, di googling. Beliau adalah ahli tafsir, dan dalam banyak kesempatan, sy mendengarkan penjelasannya. 

Salam

Saturday, December 22, 2012

Happy Mom's Day


Bismillah




Sabtu, 22 Desember 2012

Today, the entire world celebrate Mom’s Day, oh yeah, ofcourse with their mom. Emm if mom doesn’t with them, they’re calling and just say “hi, mom! Happy Mother’s Day, I love you till the end”, or make a gift then send to her address. But for me, actually, the meaning of Mom’s day more than those culture. (ok, I’m trying not to cry)

If she sit beside me right now, I just… (God, always bless her)


I just wanna give her my deepest hug and I could cry over and over again. I do not care even she’s having hard breath because my tight hug, nope, she never feel hurt anymore. She’s always fine, ah she’s always on her best now, so I could hug her tightly… (God, always love her)

If she sit beside me right now, I just… (God, protect her)


I just wanna share my problem, my silly condition with her. I trust, she could makes me better as soon as she can. Yeap, just gives me her smile… And TARAAAA everything’s going to be alright again. (God, save her)


Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu’anha

(Allah, my Almighty… ampuni mama, sayangi mama, dan maafkan segala dosa mama)

Sedikit yang bisa aku buat...

Cintamu bagaikan air mengalir, yang selalu ada di mana pun dirimu.
Di kehangatan air yang kau gunakan untuk memandikan putra-putrimu
Di malam dingin penuh tangis saat putrimu demam
Dan di setiap doa yang kau ucap dan selalu diijabah oleh Tuhan
Mama adalah simbol kekuatan
Kekuatan yang selalu menguatkan.
Tuhan, selalu jaga dan sayangi mama 



Love,



ur spoilt daughter,

Wednesday, December 19, 2012

HALO

Aku memikirkanmu sedikit. Kamu sedang apa? Kamu sekarang dimana. Tapi terus terang ini bukan lagi perasaan kangen. Ini entah perasaan apa. Aku sendiri juga tidak tahu.

Hujan di luar. Sungguh deras. Payung orang orang bahkan terbang terbang. Aku tahu kamu mengirimkannya untukku. Kamu masih tetap manis seperti dulu. Aku suka hujan, dan kamu mengirimkannya untukku.

Aku menuliskan ini hanya untuk bilang terima kasih bahwa kamu masih terlalu peduli. Aku menulis ini sambil minum kopi. Ini kopi yang enak sekali. Karena rasanya begitu pahit. Persis seperti ketika kamu meninggalkanku.

Tapi kali ini aku menikmati kopi ini bersama orang lain. Dia menginap semalaman. Kami mengobrol semalaman. Dan dia teman mengobrol yang menyenangkan. Ah, dan lagi kamu tidak perlu cemburu.

Toh, di antara kami pernah ada kata yang bernama cinta. Cinta yang luruh seiring hujan yang jatuh di kepala.


by: http://perempuansore.blogspot.com/

Sunday, December 9, 2012

Ketika Bunda Jatuh Cinta

Bismillah



Aku sunting ini dari Wordpress sahabatku, Fauziah Aini



dear Anakku,
anakku yang kini tengah beranjak dewasa
anak perempuanku yang mukanya bersemu merah ketika melihat seseorang
anak lelakiku yang tak lupa mencuri pandang ketika berpapasan dengan seseorang

dear Anakku,
anakku tersayang yang tengah mencari jalan menuju dewasa
anakku yang sering kali mencerna makna, lewat tulisan-tulisan teman sebaya
anakku, yang lebih percaya, pada perkataan teman sebaya

dear Anakku,
yang saat ini dunianya dipenuhi ribuan kata cinta
baik dari perkataan dan tulisan
seolah-olah cinta adalah gelombang
yang siap menghempasmu kapan saja
ketika kau berdiri di bibir pantai (atau dalam hal tentang perasaan, kau berada di ujung kesadaran)

dear Anakku,
yang mungkin saat ini sibuk dengan pesan-pesan di dunia maya bertabur kata cinta
kepada seseorang yang dianggapnya istimewa
yang memberikan bunga, yang menjanjikan harapan masa depan
yang ‘menurutnya’ memberikan sandaran

dear Anakku,
tidakkah kau kenyang jika terlalu banyak makan?
Lantas kenapa kau tidak pernah ‘kenyang’ ketika menikmati perasaan yang kau sebut cinta itu?
kalau kau tidak pernah ‘kenyang’, bukankah yang kau rasakan hanya segumpalan asap?
Ia kosong, Anakku, maka pikirkan lagi kekosongan yang kau sebut-sebut sebagai cinta itu.

Jadi, sebelum kau muak dengan kata-kata ‘dear Anakku’ itu, izinkan bunda yang sudah lama tidak menulis ini, mengguratkan sebuah pena, agar kau mengetahui sesuatu. Sebelum terlalu banyak kisah ‘cinta’ yang kau mimpikan, izinkan bunda menceritakan sesuatu.
Dulu, bunda tidak mengerti tentang apa itu cinta, ketika lahir tentunya. Seiiring dengan berjalannya kehidupan bunda di dunia, perasaan cinta itu mulai tumbuh. Tahukah kau mengapa ia tumbuh? Kehangatan yang diberikan oleh kakek nenekmu, kebaikan, kasih sayang… ketika bunda sering menangis minta permen (padahal bunda tidak boleh makan permen), nenek datang dan mengajak bunda untuk memanggang kue. Ketika bunda terjatuh dari sepeda roda dua, kakek datang memasangkan dua buah roda bantu untuknya. Ketika bunda menginginkan baju baru di sebuah toko, nenek diam-diam menabung dan diakhir bulan, ia membelikan baju itu untuk bunda. Ketika bunda menginginkan sepatu baru… kakek menghadiahinya untuk bunda, meskipun harus berpuasa beberapa hari.
Bunda telah jatuh cinta pada kakek dan nenekmu sejak dulu, bahkan sebelum bunda mengenal arti kata cinta itu. Bunda telah jatuh cinta pada nenekmu, yang begitu bijak menyikapi kenakalan masa remaja bunda. Bunda telah jatuh cinta pada kakekmu, yang harus bersusah-payah mencari uang, demi membayar pendidikan bunda…

Di tahap selanjutkan kehidupan bunda, bunda telah jatuh cinta pada ayahmu. Tahukah kau mengapa ia tumbuh? Ia tumbuh ketika bunda menyaksikan seorang lelaki yang begitu berani, mengikatkan tali-yang-kuat atas nama Allah, di depan kakekmu. Ia tumbuh, sesaat setelah semua perasaan itu bukanlah menjadi masalah. Ia tumbuh dan semakin kuat, ketika bertahun-tahun bunda menjalani kehidupan bersamanya. Kami bersama, berusaha melunasi cicilan rumah. Kami bersama, shalat berjama’ah di hari-hari hujan. Kami bersama, cemas panik dan bahagia ketika menyambut kelahiran bayi pertama. Kami bersama, menjadi pasangan terbahagia kala menyaksikan dirimu berjalan tertatih dengan kaki-kaki mungilnya. Kami bersama, khawatir akan biaya pendidikanmu yang semakin mahal. Kami bersama, diam-diam di kala engkau tertidur, datang mencium keningmu (karena kau sudah tak lagi mau dicium), berbisik lirih, memanjatkan do’a agar kau tetap menjadi anak yang sholeh/sholeha. Kami bersama, mendiskusikan rencana kehidupanmu di masa depan, pendidikanmu, kesehatanmu, moralmu, akhlakmu…
Kami bersama memikirkanmu, semata-mata, kau lah titipan Allah untuk kami. Kau lah tanggung jawab kami, Anakku. Kau pun yang akan menjauhkan kami kelak dari api neraka jikalau do’a-do’amu untuk kami tersampaikan dengan tulus. Kami bersama… untuk dirimu, dan semua kebersamaan itu membuat bunda jatuh cinta.
Ketika bunda jatuh cinta, pada ayahmu, rasanya seluruh semesta mendo’akan kami di atas rumah mungil ini.

Ketika bunda jatuh cinta, tahukah kau pada siapa bunda jatuh cinta lagi?
Pada tangisanmu di malam hari, Anakku.
Malam-malam pertama hidupmu, bunda menungguimu, bergantian dengan ayah. khawatir kau menangis, mengompol, lapar, haus, kedinginan… khawatir, tiba-tiba bayi mungil ini tidak menangis lagi…
bunda jatuh cinta pada tangisanmu yang menandakan bahwa kau kecil tetap bergeliat hidup di dunia ini. Kau kecil tengah menempuh masa-masa terhebat beradaptasi dengan dunia ini. Kau kecil… membuat bunda jatuh cinta.
Cinta itu tumbuh begitu saja. Ia mengalir, mengalir melalui dinding-dinding rumah tempat kau bersandar ketika belajar berjalan, dinding rumah sebagai “papan tulis” pertamamu. Ia mengalir melalui air hangat yang tiap pagi dan sore bunda gunakan untuk memandikanmu. Bahkan ia mengalir melalui tangisan-tangisanmu, tangisan yang menandakan kau membutuhkan sosok bunda.
Bunda jatuh cinta pada dirimu, Anakku.
Ketika gigi-gigimu mulai tumbuh, kau belajar makan. Kau makan berantakan, ayah membersihkan. Kau terbalik menggunakan sendok, bunda membetulkan. Itu sungguh proses yang menjadikan cinta bunda semakin besar. Kau tahu bola salju? ya, semakin ke bawah, ia akan membesar dan bertambah kuat.
Bunda jatuh cinta pada dirimu, dirimu yang… ah, bagaimana bunda mengatakannya, mengingatnya saja sudah membuat bunda mengharu-biru. Ketika kau mengucapkan dengan sempurna kata “ayah” dan “bunda”, kami berdua menangis. Lantas kau melakukan keajaiban lagi, kau mencium pipi kami, membisikkan “aku sayang ayah” dan “aku sayang bunda”. Aneh ya, anakku? ketika kekasihmu mengatakan “aku sayang kamu”, apakah kamu menangis? Ah, paling-paling kau hanya tersenyum GR.
bunda tidak yakin apakah kau mengingat saat itu. tapi dulu, ketika kau bermain di taman kanak-kanak, bermain ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, bunda tersenyum. sungguh perasaan ini begitu sederhana: bahagia melihat tawa riangmu, melihat kau bersama anak lelaki lain berlomba mencapai ayunan tertinggi, atau melihatmu yang begitu mencolok dengan jepitan merah dan kepang duamu. Lalu… lalu, kau tahu? Perasaan khawatir itu, ketika kau jatuh dari perosotan, lecet, berdarah, bunda begitu khawatir hal yang buruk akan terjadi.

bunda telah jatuh cinta pada dirimu. Kau menarik-narik rok bunda di hari pertama masuk SD. tidak berani masuk kelas dengan bangku dan meja yang tinggi. Mana meja warna warni itu? Mana burung-burung kertas itu? Kenapa disini hanya ada foto orang-orang jaman dahulu dan foto warna hijau dan biru yang tidak jelas? (belakangan kau ketahui itu peta). Kau minta bunda menemanimu sepanjang hari itu. Dan bunda tidak keberatan. Bunda menungguimu sampai bel pulang di bunyikan, dan kau telah mendapat beberapa teman baru, lantas lupa kalau sebenarnya bunda menungguimu.
Bunda jatuh cinta pada dirimu, yang menangkat tinggi-tinggi kertas hasil ujianmu, bertulisankan angka ’100′. Kau menagih janjimu untuk diajak jalan-jalan ke kebun binatang. Bunda ingat… saat itu, ayah menyembunyikan sepasang baju baru di lemarimu. Kau kaget dan bertanya, “Baju siapa ini, bunda?” Dengan riang bunda menjawab, “Hadiah dari Allah karena kakak udah jadi anak baik baik dan rajin : ) ” Kau begitu riang, melihat hewan-hewan, meminta jajan ini-itu. Bunda pun senang, sangat sederhana perasaan itu, Nak, melihat kau tertawa riang. Cinta itu semakin membesar, ia telah membengkak di hati bunda, mengkristal, dan menjadi berkah…
Allah telah menjadikan surgamu itu dibawah telapak kaki bunda, Nak.
Ketika kau menjerit memasuki saat-saat pubertasmu, bunda menemanimu. Ketika kau sakit sehabis pergi berkemah bersama teman-teman SMPmu, bunda menemanimu. Bunda berjaga sepanjang malam, tertidur di samping tempat tidurmu. “Bun… kakak haus…” kau berkata, bunda ambilkan minum. “Bun… kakak lapar…” Bunda suapi kau dengan bubur hangat perlahan. “Bun… punggung kakak pegal…” Bunda pijiiti kau. “Bun…” kau belum sempat meneruskan perkataanmu, kau terlanjur muntah di tempat tidur malam itu. Kau menangis, badanmu panas, menggigil. Bunda membersihkan tempat tidurmu, ayah menyelimutimu. Tapi, sesuatu yang kau anggap “merepotkan” itu bagi bunda adalah sebentuk ungkapan cinta. Ungkapan cinta, Anakku, semoga kau mengerti, bahwa bunda begitu mencintai dirimu.
Bahkan ketika di kemudian hari kau berpura-pura sakit agar bisa bolos sekolah, bunda tetap menyuapimu dengan bubur hangat itu. Selalu.
Ketika kau memasuki usia 17, tingkah lakumu semakin tak bunda mengerti. Mengapa anakku? ketika kau tiba-tiba membentak bunda?
kenapa kau tiba-tiba berkata kasar pada ayah dan bunda?
Apakah karena makanan buatan bunda tidak enak?
Atau karena seragammu masih kusut?
atau karena bunda selalu menanyakan keberadaanmu ketika sampai jam 8 malam kau tidak kunjung pulang?
atau karena bunda tidak dapat membelikanmu barang-barang mewah?
atau karena bunda tidak membelikanmu pulsa untuk telepon genggammu?
atau karena bunda tidak keren seperti bunda teman-temanmu?
Tidak apa-apa itu semua, anakku, asalkan kau masih tetap mencintai bunda… asalkan kau masih tetap mendoakan bunda…
cinta bunda padamu telah mengkristal, Anakku, ia tak mudah luruh, dan tak akan bisa luruh.

Ketika bunda jatuh cinta,
jatuh cinta pada dirimu yang kini telah menjadi seorang mahasiswa di sebuah universitas ternama. Sungguh, bunda sangat bangga, ketika kau mengirimkan fotomu dengan jaket almamater kebanggaan universitas berfoto bersama teman-teman seperjuanganmu. Bunda mengelus foto itu, kau begitu jauh, anakku, kau telah belajar di tanah yang sebelumnya tak pernah kau injak. Cinta bunda tak mampu menahanmu untuk tetap disini, kau harus pergi, melangkah, mencari ilmu sampai ke ujung dunia.
Bunda mengelus foto itu lagi. Merasakan butir-butir keringat yang membasahi ketika bersusah payah mengumpulkan uang kuliahmu, sudah menguap. Tangisan-tangisan kepada Allah, memohon agar kau dimudahkan dalam seleksi penerimaan itu, berganti dengan sujud syukur yang panjang. Air mata bunda, yang menetes ketika kau mengeluhkan sulitnya soal-soal ujian yang kau terima, telah mengering. Bunda sungguh bangga padamu, anakku. Bunda sungguh mencintaimu.
Ingatkah kau di hari pengumuman itu, ayah membacakan surat pengumuman itu, lantas ia segera mencium pipimu? Karena sesungguhnya tak ada ungkapan lain yang lebih hebat yang saat itu ia bisa lakukan untuk menunjukkan kebanggaannya padamu.
Kau, lihatlah, anakku, bersama ribuan generasi muda terbaik, berusaha mencari ilmu. “Bun, uang kakak habis” bunda mengirim uang lagi. “Bun uang kos kakak naik” bunda mencari pinjaman uang lagi. “Bun kakak ada banyak diktat yang harus dikopi” bunda dan ayah memutar otak demi terpenuhinya kebutuhanmu. berharap kau jadi anak yang berilmu, kelak akan membantu kami di hari perhitungan.
Ketika kau pulang… bunda tak sabar ingin memelukmu, mengucapkan selamat datang di rumah mungil kita… kau malah, kau malah membawa orang lain.
katamu ia seseorang yang kau temui di perkuliahan sana.
Lantas kau menghabiskan waktumu di rumah bersamanya. Di rumah mungil kita.
Lalu kau menyebut-nyebut kata ‘cinta’ di depannya.
Andai kau tahu bahwa yang kau sebut cinta itu sesungguhnya bukan ikatan semu antara kau dan seseorang itu, Nak. Cinta itu adalah sesuatu yang mengkristal di hati bunda.

Anakku, maukah sejenak kau melihat bunda?
Melihat dengan sebenar-benarnya penglihatan?
Bukan hanya menunjukkan muka dengan tatapan terarah pada telepon genggam.
Pernahkah kau mengelus wajah bunda?
Wajah ini sudah keriput, anakku…
tidakkah kau tahu? Kau gadis kecil bunda telah tumbuh menjadi wanita yang memesona.
Kau pahlawan kecil ayah telah tumbuh menjadi pemuda yang menawan.
Tapi kami, bunda dan ayah, sesungguhnya juga telah bertambah tua.
Badan kami sudah merintih ketika berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu.
Tapi cinta ini sanggup mengalahkan keletihan itu semua.

Ketika bunda jatuh cinta,
pada dirimu, yang kini tengah dalam kesibukan yang luar biasa
“kakak rapat ini, bun”, “kakak belajar kelompok ini, bun”
bunda menyelipkan do’a agar ada waktu yang kau sisakan untuk bunda
agar waktu sisa itu tidak ‘dicuri’ oleh seseorang yang bahkan tidak berani mengikatkan tali kekeluargaan antara kita dan keluarganya.
Bunda iri, sungguh iri. Bunda jatuh cinta padamu,
tapi kau lebih memilih orang lain.

Ketika bunda jatuh cinta,
pada dirimu, yang mungkin tidak pernah sadar akan cinta itu.
Bunda tetap setia,
tidak pernah lelah mencintaimu, Anakku, meskipun kau terlalu naif mencerna kata cinta itu.

Tidakkah kau ingin, Anakku, untuk sekali lagi, mengatakan “aku sayang ayah”, “aku sayang bunda”?
tidakkah kau ingin, Anakku, untuk pertama kali, dan mungkin untuk terakhir kali, melihat wajah kami dengan sebenar-benarnya penglihatan?
Sebelum nantinya kau tidak dapat lagi melihat wajah kami, yang tak lama lagi mungkin akan tertimbun tanah…

Ketika bunda jatuh cinta,
pada dirimu, Anakku,
maka bunda akan mencintai selamanya.
Source: http://kacamatazia.wordpress.com/2012/10/04/ketika-bunda-jatuh-cinta/

--Entah sudah berapa ratus kali aku membacanya, namun tiap kali aku membukanya.... satu persatu bulir airmataku mengalir. Aku begitu rindu denggan Ibuku, wanita penenang hati, penghibur lara, pengingat dikala sendu, sahabat sejati, Ibu terbaik sepanjang masa., semoga Allah selalu bersamamu, Ma :')


Salam 

Hope

Bismillah


"Han, everything is alright if it's not going well so it isn't the end, right? so, be tough ya. I know who you are. You've already past everything so great then why you so afraid? You have Allah, ur family, ur beloved sissy and ofcourse me :)"  --Anonymous 




Salam

Kamu

Bismillah

Sudah hampir setahun aku tidak merasakan hal itu lagi, aku ingin mencoba untuk mengikhlaskan semuanya. Aku ingin semua membaik, aku dengan segala kegiatanku dan tentu saja kamu dengan hiruk pikuk duniamu. Aku sudah tak ingin mencampuri duniamu, aku juga tak ingin kau mencampuri duniaku.
Terlalu naif memang jika aku mengatakan kalau aku baik-baik saja, dengan segala kejadian yang belakangan menguji keteguhan hatiku, air mata? aku sudah lupa bagaimana caranya tak menangis jika mengingat semua yang telah lalu, ya, aku selalu menangis...

Terlalu dini jika aku menginginkan semuanya berjalan baik karena aku sendiri pun masih dalam tahap pembenahan diri. Aku tahu, kamu di dalam hiruk pikuk kesibukanmu, tetap ada untukku. Dan kamu tahu? jika kamu menoleh ke belakang pun, sejauh apapun langkahmu. Aku ada, tepat di belakangmu :)

Aku ingin kita, di waktu terbaik, di tempat terbaik, di keadaan terbaik.

Terimakasih, Kamu



Salam

Sunday, September 30, 2012

Follow Your Dreams

Bismillah



My Assignment :''')

Tadi abis Googling tugas dan kerjaan lain, eh ujung-ujungnya malah nyari gambar negara Perancis hmmm sekolahnya, kotanya, masyarakatnya, dan budayanya. Sejak duduk di bangku kelas 1 SMA aku sangat menyukai Perancis, dimulai dari pelajaran muatan lokal yang ada sekolahku yaitu Bahasa Perancis, dan mulai tumbuhlah benih cinta akan Perancis.

Aku percaya akan mimpi. Mimpi adalah bukti kalau kau masih hidup dan terus berupaya untuk bertahan hidup di dunia ini. 

Aku pernah membuat statement di Twitter seperti ini 

"Kalo punya cita-cita itu sekalian, jangan nanggung. Setinggi langit ke-7 biar kalo ga kesampean at least masih di langit ke-6 :))"

Nah, aku juga percaya bahwa kita harus membawa mimpi kita kemanapun kita pergi, you know what? I have many picture of France in my stuff hihihi jadi setiap benda apapun yang aku bawa selalu mengingatkankanku pada Perancis, abis itu langsung berdoa deh biar bisa sekolah disana hmm at least jalan-jalan kesana juga gapapa :$

Wallpaper Handphoneku :''>

NIH! tiap abis buka akun ini, bawaannya merinding mulu soalnya akun ini selalu nge share hal berbau Perancis :')
tulisan yang aku blok itu adalah persyaratan kalau mau studi ke Perancis *ngileeeeer*

MAU :""""
Honeymoon? Sabilaaaaah, insyaAllah hihihi amiiiiin ya Rabb

Eiffel Tower

My Dreams

Pernah nonton Paris, Je T'aime? hmmm bagus, realita cinta yang berlatar belakang negara Perancis. Pas scene ini super duper cute! si perempuan memberikan penjelasan pada si laki-laki mengapa ia menggunakan hijab, setelah itu mereka berdua ke Masjid buat ketemu sama paman dari tokoh perempuannya aw SUPER SWEET!

percakapannya seperti ini:

B: You have beautiful hair. Why do you have to cover it up?
G: I don't have to. I choose to. When I wear this I feel part of a faith, an IDENTIY. I feel good.


Paris, Je T'aime


ah please bring me to this place! Avenue des Champs Elysees *.*


yeah, i'm crazy with France! :D


Salam

Saturday, September 29, 2012

Friends


Bismillah

Alhamdulillah malam ini lowong, setelah sebulan terakhir ini di (sok) sibukkan dengan rangkaian kegiatan di Kampus hahahaha

Dalam postingan kalli ini, aku mau memperkenalkan sebagian teman-temanku. Susah seneng bareng nih ceritanya hoho kebetulan selalu dalam satu kepanitian juga :D

yeay! here we go!

1. Ashila Ramadhani
Si cantik, kurus, tinggi, dan berhijab ini seriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing banget dibilang mirip sama aku. Oke, menurut kamu gimana?


Gemukkan pipiku kan? :p

At J.Co Margo CIty
2. Luke Trinita
Nah untuk cewe yang satu ini dia suka banget sama design dan fotografi, bedanya sama Shila itu kalo Shila  jago buat karikatur hehehe kita lumayan sering sih jalan bareng abis pulang kampus biasanya wisata kuliner :D

LUKE :*

Ugh! Dua foto di bawah ini sungguh absurd hihihi maafkan kami yaaaaaaa :))

emmm speechless

WLEEEK :P
Next, adalaaaaaaaaaaaah?

3. Hana Afifah
Gadis keturunan Jepang, berhijab, baik hati nan keibuan ini jam makannya sangatlah teratur, temen-temennya ketularan makan teratur karena Hana :D

Hani - Hana

Aku suka foto ini hahahaha ya walau seperempat mukaku kena lighting tapi gapapa :D Foto ini diambil saat Layar Tancep acara Kampoeng Nyeni 2 di Perpusat UI.

Permen Kaki *nyot*

Buat yang di bawah ini sahabat + satu jurusan + satu kepanitian. Tumplek jadi satu di PreEvent Kampoeng Nyeni 2 tanggal 28 September 2012 kemarin :) *dari kiri--> Upi, Aku, Hana, Shila*

Shilanya transparan? :O

Dan terakhir adalaaaaaaaah, Tito. Sang ketua kelas PR'11 orang sibuk seantero kampus. Dimana ada acara pasti ada Tito hihihi (jaga kesehatan dan jangan makan sembarangan ya To)


Trio PR'11


Sekian dulu laporan narsis dariku, sampai jumpa di tulisan selanjutnya yaaaaaaaaaah!


Salam

Friday, September 21, 2012

Mengais Masa Lalu



Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masa lalu
Memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan
Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja
Seakan-akan sosokmu nyata
Menjelma menjadi pahlawan kesiangan
Yang merusak kebahagiaan
Dalam kenangan
kau seret aku perlahan
Menuju masa yang harusnya aku lupakan
Hingga aku kelelahan
Hingga aku sadar
bahwa aku sedang dipermainkan
Inikah caramu menyakitiku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?
Apa dengan melihat tangisku
itu berarti bahagia buatmu?
Apa dengan menorehkan luka di hatiku
berarti kemenangan bagimu?
Siapa aku di matamu?
Hingga begitu sulit kau melepaskanku dari jeratanmu
Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?
Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan?
Kapan kau ajari aku kebebasan?
Ajari aku caranya melupakan!
Meniadakan segala kecemasan
Meniadakan segala kenangan
Nyatanya derai air mataku
Hanya disebabkan olehmu
Ajari aku caranya melupakan
Sehingga aku lupa caranya menangis
Sehingga aku lupa caranya meratap
Karena aku selalu kenal air mata
Aku hanya ingin tertawa
Sehingga hati aku
mati rasa akan luka

 -@dwitasaridwita


Salam

Tuesday, September 18, 2012

Ya Allah, perkenankan.... :''')

Bismillah 

Ini lagi iseng banget, tiba-tiba imajinasiku membawa ke beberapa tahun yang akan datang. Yap konsep pernikahanku nanti, pinginnya sih umur 22 udah punya suami :''> amin amiiiin!



Wedding Place, cakep bangeeeeet :''')
bunga dimana-mana :D


wedding invitation :D


wedding ring :)

This is Wedding Gown :'')

HUAAAAAH JADI PINGIN SEGERA MENIKAH #LAH
udah ah aku tambah mupeng, doakan saja yang terbaik huihihihi


P.S: this is just my dream wedding, alhamdulillah if my future hubby wanna do this with me :p

Salam :D