Sunday, May 20, 2012

Semoga Bermanfaat :)


Bismillah..

Sesungguhnya ini  adalah tugas Dasar-Dasar Penulisan yang baru aja saya selesaikan, namun berhubung ceritanya memberikan hikmah jadi saya share terhadap kalian semua. Selamat membaca :)

”Aku Sanggup”
Ibu adalah surga kecil di mata anak-anaknya, sumber ketulusan dan sejuta kasih sayang, sentuhannya menenangkan, senyumnya menyejukkan, tiap tetes keringatnya adalah cinta, tak ada yang mampu membalas segala pengorbanannya. Harapan akan keberhasilan buah hatinya adalah doa yang selalu seorang ibu panjatkan pada Tuhan.
Begitulah gambaran seorang Niswatun, wanita yang melahirkan  4 orang putra-putri yang besar di Lamongan 46 tahun yang lalu ini memulai hidupnya di Jakarta bersama suami tercintanya Khozin sejak tahun 1994. ‘Nis’ begitulah panggilan akrabnya, putri dari petani Jawa Timur yang merintis hidup barunya di Ibukota dari angka nol. Sebagai istri yang sangat mematuhi pemimpin keluarga kecilnya, beliau setuju untuk ikut ke kota metropolitan demi memperbaiki perekonomian mereka.
Dimulai dari usaha pemotongan ayam di daerah Ciledug selama 5 tahun, namun dihadapkan dengan kendala keuntungan yang semakin menurun membuat wanita ini memutuskan untuk memulai bisnis warung makan pinggir jalan yang menjual makanan khas Lamongan. Usaha ini di jalankan berdekatan dengan rumah beliau di Pesanggrahan, dimulai sejak tahun 1999 warung ini menyediakan aneka penganan khas Kota Surabaya, seperti Pecel Lele, Soto Lamongan, Bebek Goreng dan lain sebagainya. Semua beliau kerjakan bersama ‘Bapak’ begitulah wanita tangguh ini memanggil suaminya.
            ”Pernah sih pake pembantu buat masak dirumah, tapi masakannya jadi gak sedep beda aja gitu rasa bumbunya, terus sayang-sayang uang buat gajinya nduk, mendingan buat bayar sekolah anak-anak.” jelas Niswatun.
            Bayang-bayang makin meningkatnya kompetitor di dalam bidang yang sama sempat membuat ibu dari seorang mahasiswi aktif di UHAMKA jurusan Pendidikan Bahasa Jepang ini khawatir namun kepercayaan akan rezeki yang diterima dari Tuhan memiliki porsi yang sudah sangat adil dan tak mungkin tertukar.
            Ibu yang menyukai ikan asin ini mengaku memiliki harapan besar untuk anak-anaknya kelak yaitu dapat menjadi orang sukses dan sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, karena menurut Niswatun ‘sukses’ itu bisa berarti universal yang mencakup kesuksesan dalam segala hal di dalam hidup.
            Putri ke-2 dari 9 bersaudara yang bersedia ditemui di waktu senggangnya saat menyantap makan malamnya ini mengaku sekarang warungnya sedang ramai dan beliau sangat bersyukur akan nikmat yang Tuhan berikan. Kesibukan untuk mengurus warung makannya sama sekali tak membuat wanita ini melupakan tugasnya untuk mengurus keluarga kecilnya, beliau tak pernah meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita, istri dan ibu. Menyiapkan keperluan sekolah anak bungsunya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, mengingatkan untuk makan putri sulungnya yang tengah sibuk mengerjakan skripsi, dan segudang pekerjaan yang hanya mampu dikerjakan oleh wanita yang memiliki kecintaan yang begitu tulus untuk keluarganya.
            ”Mama itu orangnya pekerja keras dan aku kagum banget, selain bisa menjadi ibu yang baik di keluarga juga sekaligus mampu menjadi kepala rumah tangga. Mama suka di warung sendiri kalo bapak lagi jemput adek di sekolah. Pokoknya mama dan bapak itu superman dan superwoman, sanggup melakukan pekerjaan apapun.” Tutur Dewi Sartika, putri pertama Niswatun.
            Niswatun memiliki impian untuk keliling Indonesia bersama keluarganya, ini adalah impian terbesarnya untuk membalas waktu yang sempat terbuang dulu karena kesibukannya. Hal ini akan menjadi agenda selanjutnya sambil menunggu kepastian putri pertamanya yang segera lulus S1 tahun ini.
            Kemiskinan, kegagalan, dan ditipu sudah menjadi bagian hidup Niswatun, hal ini tidak membuat Ia patah arang, justru menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Berhasil menyekolahkan hingga tingkat perguruan tinggi adalah hal yang tak mudah mengingat sumber penghasilan keluarga hanya bersumber dari warung makan kecil ini. Namun kerja keras dan percaya pada Tuhan menjadi ‘jimat’ yang selalu dipegang teguh oleh Niswatun hingga saat ini.


Hani's Cribs