Bismillah..
Selepas
sholat jamaah maghrib selalu mengantri giliran mengaji dengan Bapak. Bapak
adalah tipikel ayah yang sangat hangat namun tegas, beliau tidak hanya
mengajarkan mengaji namun jg ilmu tajwid dan makhraj huruf yang benar sering
sekali selesai mengaji aku ngambek luar biasa sama Bapak karena aku banyak
melakukan kesalahan jadinya jam mengaji menjadi sangat lama. Mama dan Mbak Evi
hanya tertawa melihat aku yang masuk ke kamar dengan wajah ditekuk 15 hahaha
“ih
kamu mah masih mending, Dek. Dulu aku sampe nangis kalo ngaji sama Bapak” kata
Mbak Evi.
Dan
didikan bapak yang ‘keras’ itu membawa efek yang sangat besar buatku. Kelas 3
SD aku sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Mulailah masuk ke TPA untuk
menambah materi pengetahuan Islam emm tapi sejak umur 5 tahun aku sudah ikut
mengaji di Masjid Al-Muhsinin (tempat ngajinya Mbak Evi). Di TPA Khadijah
Aisyah aku memulai belajar lebih banyak tentang Islam. Peringkat 1 menjadi
bukti kalau didikan Bapak sangat berpengaruh besar dalam membangun pondasi
agama di dalam diriku. Lingkungan yang di ciptakan keluargaku juga sangat baik,
Mama dan Mbak Evi yang sudah menggunakan hijab dan di TPA aku selalu melihat
perempuan dengan hijabnya. Itu yang membuat aku sangat terbiasa menggunakan
jilbab, Mama senang sekali membelikan baju anak-anak warna warni dengan jilbab
yang lucu-lucu banget. Tapi ya namanya anak-anak selesai mengaji aku langsung
ganti pakaian dengan celana dan kaos lalu ngacir main sama temen-temen.
Sampailah masuk SMP, Bapak sebenernya ingin sekali salah satu anaknya ada yang
masuk pesantren emm aku diberikan pilihan, yang pertama masuk pesantren atau
masuk SMP Negeri tapi sekolah pake jilbab ya aku dengan santainya bilang “ya SMP
Negeri tapi pake jilbab dong, Pak” aku dulu berpikir aku sudah sangat terbiasa
dengan jilbab ya pasti biasa aja. Tapi ya gitu tetep aja kalo main sama
temen-temenku diluar jam sekolah aku melepas jilbabku, berenang juga masih pake
baju renang pendek hihihi dasar bocah :p
Kelas
3 SMP aku memutuskan untuk berhijab yang sesungguhnya, ga akan melepas jilbabku
di tempat umum lagi, ga bandel lagi dari rumah pake jilbab abis itu pas di mall
di copot jilbabnya hihihi sampailah hingga saat ini. Aku sangat bangga dengan
hijabku, hijab sama sekali ga membatasi pergaulanku, aku memiliki teman yang
sangat beragam. Hijab adalah identitasku, pas di SMA dulu ada dua nama Hani yap
aku dipanggil dengan “Hani Jilbab” kalo ketemu orang di jalan bukan digoda
dengan siulan namun diberikan salam.
Mbak
Evi pernah bilang gini “jilbab itu harus dibiasakan dari kecil, kalo udah
dewasa makin susah disuruh pake jilbabnya karena makin kompleks pemikirannya,
mikir lebih cantik tanpa jilbablah, belum siap hatinyalah”
Padahal
bukan masalah hati sudah siap atau belum, perilaku sudah baik atau belum ,
setelah berjilbab baru merasakan batasan perilaku yang dapat dikontrol dengan
jilbab, yap! Jilbab bisa membuat control diri bahkan seringkali orang
disekitarmu ikut mengontrol kita, pernah aku diingetin temenku “Han, itu rambut
lo keluar dikit” “Han pergelangan tangan lo keliatan tuh, turunin dikit bajunya”
so sweet banget kan jadinya diperhatiin sama orang sekitar :p
Emang
sih proses seorang muslimah untuk mencapai hidayah berjilbab itu beragam, ada
yang sepertiku yang sudah terbiasa dengan jilbab sejak kecil, ada yang harus
mencapai titik balik hidupnya hingga ia mendapatkan hidayah berjilbab. Namun
itu semua kembali lagi pada diri masing-masing kita, hidaya itu bukan datang
dengan sendirinya, ia harus dijemput, harus disambut dengan hati yang ikhlas
sehingga bisa sampai ke hati dengan sendirinya J
Gitu
deh sekilas perjalanan aku dengan hijabku, I do love wearing my Hijab. Muslimah
is beautiful with her hijab. Who’s the next? J
No comments:
Post a Comment