Friday, August 10, 2012

Aku dan Hijabku


Bismillah..

Selepas sholat jamaah maghrib selalu mengantri giliran mengaji dengan Bapak. Bapak adalah tipikel ayah yang sangat hangat namun tegas, beliau tidak hanya mengajarkan mengaji namun jg ilmu tajwid dan makhraj huruf yang benar sering sekali selesai mengaji aku ngambek luar biasa sama Bapak karena aku banyak melakukan kesalahan jadinya jam mengaji menjadi sangat lama. Mama dan Mbak Evi hanya tertawa melihat aku yang masuk ke kamar dengan wajah ditekuk 15 hahaha
“ih kamu mah masih mending, Dek. Dulu aku sampe nangis kalo ngaji sama Bapak” kata Mbak Evi.

Dan didikan bapak yang ‘keras’ itu membawa efek yang sangat besar buatku. Kelas 3 SD aku sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Mulailah masuk ke TPA untuk menambah materi pengetahuan Islam emm tapi sejak umur 5 tahun aku sudah ikut mengaji di Masjid Al-Muhsinin (tempat ngajinya Mbak Evi). Di TPA Khadijah Aisyah aku memulai belajar lebih banyak tentang Islam. Peringkat 1 menjadi bukti kalau didikan Bapak sangat berpengaruh besar dalam membangun pondasi agama di dalam diriku. Lingkungan yang di ciptakan keluargaku juga sangat baik, Mama dan Mbak Evi yang sudah menggunakan hijab dan di TPA aku selalu melihat perempuan dengan hijabnya. Itu yang membuat aku sangat terbiasa menggunakan jilbab, Mama senang sekali membelikan baju anak-anak warna warni dengan jilbab yang lucu-lucu banget. Tapi ya namanya anak-anak selesai mengaji aku langsung ganti pakaian dengan celana dan kaos lalu ngacir main sama temen-temen. Sampailah masuk SMP, Bapak sebenernya ingin sekali salah satu anaknya ada yang masuk pesantren emm aku diberikan pilihan, yang pertama masuk pesantren atau masuk SMP Negeri tapi sekolah pake jilbab ya aku dengan santainya bilang “ya SMP Negeri tapi pake jilbab dong, Pak” aku dulu berpikir aku sudah sangat terbiasa dengan jilbab ya pasti biasa aja. Tapi ya gitu tetep aja kalo main sama temen-temenku diluar jam sekolah aku melepas jilbabku, berenang juga masih pake baju renang pendek hihihi dasar bocah :p

Kelas 3 SMP aku memutuskan untuk berhijab yang sesungguhnya, ga akan melepas jilbabku di tempat umum lagi, ga bandel lagi dari rumah pake jilbab abis itu pas di mall di copot jilbabnya hihihi sampailah hingga saat ini. Aku sangat bangga dengan hijabku, hijab sama sekali ga membatasi pergaulanku, aku memiliki teman yang sangat beragam. Hijab adalah identitasku, pas di SMA dulu ada dua nama Hani yap aku dipanggil dengan “Hani Jilbab” kalo ketemu orang di jalan bukan digoda dengan siulan namun diberikan salam.

Mbak Evi pernah bilang gini “jilbab itu harus dibiasakan dari kecil, kalo udah dewasa makin susah disuruh pake jilbabnya karena makin kompleks pemikirannya, mikir lebih cantik tanpa jilbablah, belum siap hatinyalah”

Padahal bukan masalah hati sudah siap atau belum, perilaku sudah baik atau belum , setelah berjilbab baru merasakan batasan perilaku yang dapat dikontrol dengan jilbab, yap! Jilbab bisa membuat control diri bahkan seringkali orang disekitarmu ikut mengontrol kita, pernah aku diingetin temenku “Han, itu rambut lo keluar dikit” “Han pergelangan tangan lo keliatan tuh, turunin dikit bajunya” so sweet banget kan jadinya diperhatiin sama orang sekitar :p

Emang sih proses seorang muslimah untuk mencapai hidayah berjilbab itu beragam, ada yang sepertiku yang sudah terbiasa dengan jilbab sejak kecil, ada yang harus mencapai titik balik hidupnya hingga ia mendapatkan hidayah berjilbab. Namun itu semua kembali lagi pada diri masing-masing kita, hidaya itu bukan datang dengan sendirinya, ia harus dijemput, harus disambut dengan hati yang ikhlas sehingga bisa sampai ke hati dengan sendirinya J

Gitu deh sekilas perjalanan aku dengan hijabku, I do love wearing my Hijab. Muslimah is beautiful with her hijab. Who’s the next? J

No comments:

Post a Comment